16 Februari 2010

Mengapa Dahi Ayah Berkerut?


Suatu ketika, seorang anak wanita bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut dan badannya yang bungkuk, disertai suara batuk-batuk.

Anak wanita itu bertanya pada ayahnya:

“Ayah, mengapa wajah Ayah kian berkerut dan badan Ayah kian bungkuk ?” Demikian pertanyaannya, ketika ayahnya sedang santai di beranda.

Ayahnya menjawab : “Sebab aku laki-laki, nak.” Itulah jawaban ayahnya.

Anak wanita itu berguman : ” Aku tidak mengerti, Ayah.”

Jawaban ayahnya itu membuatnya tercenung penuh rasa penasaran.

Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanitanya itu. Kemudian ditepuknyalah bahunya sambil berkata :

“Anakku, kamu memang belum mengerti tentang laki-laki.”

Bisikan ayahnya tersebut membuat anak wanita itu bertambah bingung.

Karena penasaran, anak wanita itu menghampiri ibunya, lalu bertanya :

“Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut dan badannya kian bungkuk ? Tapi Ayah sepertinya tidak mengeluh dengan keadaannya itu. Tidak ada keluhan dan rasa sakit.”

Ibunya menjawab: “Anakku, seorang laki-laki yang benar-benar bertanggung-jawab terhadap keluarga memang akan mengalami hal demikian.”

Hanya itu jawaban sang Bunda.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi sejauh ini dia tetap belum menemukan jawaban atas rasa penasarannya.

Hingga pada suatu malam, sang anak wanita itu bermimpi.

Dalam mimpi itu dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat yang merupakan jawaban atas rasa penasarannya selama ini.

“Saat Ku-ciptakan laki-laki, Aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga.

Dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman, teduh dan terlindungi.”

“Ku-ciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya dan keperkasaannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya.”

“Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari nafkah yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun mungkin dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya yang tidak puas atas hasil jerih payahnya itu.”

“Kuberikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah. Demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari. Demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup dan kedinginan karena tersiram hujan serta terterpa hembusan angin. Dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya. Yang selalu dia ingat adalah di saat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya.”

“Ku-berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun di setiap perjalanan hidupnya dia diterpa keletihan dan kesakitan.”

“Ku-berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha, berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya dalam kondisi dan situasi apapun juga, walaupun tidak jarang anak-anaknya melukai perasaannya, melukai hatinya. Padahal kasih sayangnya itu pula yang memberikan perlindungan rasa aman pada saat anak-anaknya tertidur lelap. Sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan mengasihi sesama saudara.”

“Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan bahwa istri yang baik adalah istri yang setia terhadap suaminya. Istri yang baik adalah istri yang senantiasa menemani dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada istrinya, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar dan saling melengkapi serta saling menyayangi.”

“Ku-berikan kerutan di wajahnya untuk menjadi bukti bahwa laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikir dan tenaganya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya bisa hidup bahagia. Badannya yang bungkuk adalah bukti bahwa sebagai laki-laki yang bertanggung-jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya.”

“Ku-berikan kepada laki-laki tanggung-jawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki.”

Terbangunlah anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut dan berdoa. Setelah itu dia hampiri bilik ayahnya yang sedang berdoa.

Ketika ayahnya berdiri, anak wanitanya itu merengkuh dan mencium telapak tangan ayanya.

“AKU MENDENGAR DAN MERASAKAN BEBANMU, AYAH.”

Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi kehebatan tangan Ayah…

06 Februari 2010

Air Mata Wanita



Suatu ketika, ada seorang anak lelaki yang bertanya kepada ibunya.
"Ibu, mengapa ibu menangis?"
Ibunya menjawab, "Sebab ibu wanita."

Dia tidak mengerti, kata si anak lagi.
Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat.
"Nak, kamu memang tidak akan mengerti..."

Kemudian, anak itu bertanya kepada ayahnya.
"Ayah, mengapa ibu menangis?"
Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan."
Hanya itu jawapan yang dapat diberikan oleh ayahnya.

Lama kemudian, si anak itu menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Pada suatu malam, ia bermimpi dan mendapat petunjuk daripada Allah mengapa wanita mudah sekali menangis.

Saat Allah menciptakan wanita, Dia membuat menjadi sangat penting.

Allah ciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya. Walaupun, bahu itu cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tidur.

Allah berikan wanita kekuatan untuk melahirkan zuriat dari rahimnya. Dan sering kali pula menerima cerca daripada anaknya sendiri.

Allah berikan ketabahan yang membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah di saat semua orang berputus asa.

Wanita, Allah berikan kesabaran, untuk merawat keluarganya walau letih, sakit, lelah dan tanpa berkeluh-kesah.

Allah berikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya, dalam situasi apa pun. Biarpun anak-anaknya kerap melukai perasaan dan hatinya.

Perasaan ini memberikan kehangatan kepada anak-anaknya yang ingin tidur. Sentuhan lembutnya memberi keselesaan dan ketenangan.

Dia berikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa kegentiran dan menjadi pelindung baginya. Bukankah tulang rusuk suami yang melindungi setiap hati dan jantung wanita?

Allah kurniakan kepadanya kebijaksanaan untuk membolehkan wanita menilai tentang peranan kepada suaminya.Seringkali pula kebijaksanaan itu menguji kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap saling melengkapi dan menyayangi.

Dan akhirnya, Allah berikannya airmata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Allah berikan kepada wanita, agar dapat digunakan di mana ia inginkan.

Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, airmata ini "airmata kehidupan".

Wallahu A'lam...