31 Mei 2011

Mangkuk Cantik, Madu Manis, dan Sehelai Rambut


Rasulullah SAW, dengan sahabat-sahabatnya Abakar r.a., Umar r.a., Utsman r.a., dan 'Ali r.a., bertamu ke rumah Ali r.a. Di rumah Ali r.a. istrinya Sayidatina Fathimah r.ha, putri Rasulullah SAW, menghidangkan untuk mereka madu yang diletakkan di dalam sebuah mangkuk yang cantik, dan ketika semangkuk madu itu dihidangkan sehelai rambut terikut di dalam mangkuk itu. Baginda Rasulullah SAW kemudian meminta kesemua sahabatnya untuk membuat suatu perbandingan terhadap ketiga benda tersebut (Mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut).

Abubakar r.a. berkata, "iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut".

Umar r.a. berkata, "kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, seorang raja itu lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Utsman r.a. berkata, "ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan ber'amal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

'Ali r.a. berkata, "tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumanya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Fatimah r.ha.berkata, "seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, wanita yang ber-purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yang tak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Rasulullah SAW berkata, "seorang yang mendapat taufiq untuk ber'amal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, ber'amal dengan 'amal yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat 'amal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Malaikat Jibril AS berkata, "menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri; harta; dan waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan usaha agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Allah SWT berfirman, " Sorga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu, nikmat sorga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju sorga-Ku adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

26 Mei 2011

Ada Asa, Ada Rencana

23 Mei 2011
Hari pertama 'diceburkan' dan 'menceburkan' diri ke dalam kawah candradimuka...
Appreciate, full-power, tapi ada canggung, was-was, juga bingung. Merasa diri 'hola-holo' dengan kepala dan tangan hampa. "Mau ngapain ya, hari ini?" atau "Ketemu apa nih, hari ini?". Dua kalimat tanya itu berulang-ulang menyambangi isi pikiranku. Namun di saat lain yg hampir bersamaan ada teriakan-teriakan di dalam kepala, "Ayo... sekarang ini saatnya!" juga "Siip, cari sebanyak-banyaknya, lakukan sebaik-baiknya!".

Yah, jadilah hari itu terisi dengan senyum, semangat, dan keingin tahuan yg tinggi tentang banyak hal baru... Meskipun cukup terganggu dengan sedikit pening karena kelamaan berdiri tanpa sarapan pagi (untung nggak nampak pucat 'coz pake masker, hehe), sumpek juga mengganggu karena hidung & mulut tertutup rapat oleh masker hijau akibat common cold yg menyapa kala itu. Nggak nyaman sungguh!!! tapi, who care?? 
Mereka cuma butuh : "silakan adaptasi dulu, nggak usah terburu-buru pengen menguasai ini-itu", "udah, kamu belajar & bekerja yg bener...", "tolong dirawat sebaik-baiknya keluarga saya ini", "saya pengen cepet sembuh mbak/Bu, biar cepet pulang".
Hmm... Harapan-harapan itu... jadi daya dorong sekaligus daya tarik tersendiri di masa awal berseragam telor asin. Yah, harapan mereka padaku... harapanku pada mereka... juga harapanku pada diriku sendiri... aku mulai (lagi) hari ini, di sini, bersama mereka...
Meski tak sesuai rencanaku dahulu, tapi kuyakin ini rencana terbaik-Nya buatku. Jalani saja masa ini... hingga 15 bulan ke depan. insyaAllah..


19 Mei 2011
Bangun di pagi hari, lalu dengan agak tergesa membangunkan sodari2 tersayang. Haha... terima kasih sodari2 yang sudah bersedia kuganggu... (Zildhong, Tipong, mb Inkong, Dewong ^___^v)
Ber-pinky-ria.. dilapis jubah hitam.. diganjal pengalas tumit + 5 cm.. dibonceng seorang sopir cantik sampai di samping gedung besar bercat dominan merah di tengah kampus biru...
Cuma menanti untuk mendapat instruksi "silakan memindahkan kuncir dari kiri ke kanan..." lalu dipanggil nama untuk diserahi map biru oleh pak Dekan...(cuma???)

Entah, awalnya kupikir akan biasa-biasa saja. Tapi ternyata... sempat terselip beberapa menit dimana aku harus menahan agar glandula lakrimalis-ku tidak sukses memuntahkan sekresinya. Hwaaa.... tak tega rasanya memandang wajah-wajah cerah itu... T-T

Dan di hari itu, muncul lagi harapan baru... harapan akan sebuah perbaikan, harapan akan sebuah pengabdian. Sebuah konsekuensi atas tersematnya beberapa huruf di belakang nama.. S.Kep.
Satu lagi asa terlalui, setelah sempat tertunda dengan suksesnya di bulan Mei 2010, Agustus 2010, dan Februari 2011 lalu. huff...finally..
Memang rencanaku meleset beberapa kali, tapi... inilah rencana-Nya untukku. Dan kurasakan begitu banyak hikmah kudapat atas melesetnya rencanaku yang satu ini. InsyaAllah, tetap manis...^,^


25 April 2011
Feel like nothing special...
Entahlah... rasanya enggan sungguh berangkat ke kampus tercinta untuk sekedar mengintip selembar kertas yg tertempel pada salah satu dinding TU di Gedung Ismangoen itu.
Tak ada nama... cuma tertulis NIM, nilai akhir, dan skor toefl. Sempat terlintas di benak kala melihat kertas itu, "niat ngumumin nggak sih? cuma kaya gini to? kok beda sama sebelum-sebelumnya ya??" (krik..krik..)
Yups... itulah hari yudisium yang ditunggu-tunggu... setelah hampir seminggu ditunda dan tak jelas kabarnya.

Selepas dari kampus, kembali ke kos. Dan.... tawa seorang penghuni kos menyambut hadirku.. dan membuatku harus berjuang menahan gemas. Topik pembicaraan terkait "selisih 0,01" itu memang membuat agak gimanaaa gitu. Meski jauh-jauh hari sebelumnya sudah sempat kuhitung-hitung dengan hasil akhir 'itu', tapi hati rasanya agak terganjal. Satu rencana kandas sudah... Namun, dari situ muncul sebuah tekad, bukan cuma harap... 15 bulan berikutnya harus bisa mengejar!! Nggak masalah, slempang kuning tak jadi kuraih.. bikin sendiri juga bisa kok.. (menghiburdiri.com f>.<)

22 Agustus 2006
Hari pertama mengenakan baju putih-hitam dirangkap jas warna karung goni, lalu berpanas-panas ria di tengah lapangan di jantung salah satu universitas tertua, ternama, dan terbesar di Yogyakarta.
-- Sayangnya aku sudah lupa apa yang terpikir di kepala dan yang bergejolak di hati --
Intinya, harapan eyang putri itu jadi nyata. Sebuah harapan yang baru kutahu -bahwa itu saaaangat diidamkan oleh beliau- setelah aku meraihnya. 
Baiklah... Kupersembahkan 'capaian' ini untuk Utiku tercinta, juga kedua ortuku tersayang... semoga cukup untuk menambah secuil kebahagiaan bagi mereka. Kalau untuk yang ini, memang terencana dengan cukup baik (sejak kelas XII). Aku ingin ke arah sana... dan jalan menuju ke sana pun terbuka.. Alhamdulillah.. ^_^



harapan satu terwujud.. harapan lain mengikut.. 
rencana satu terwujud.. rencana lain pun turut..
pun ketika satu harapan tak terwujud.. 
harapan lain hadir mengisi ulang tenaga, menguatkan jiwa raga..
rencana satu tak terwujud.. (ada) rencana lain tersabda..
dan dialah yang mewujud nyata..

Biarlah asa tetap jadi asa.. 
yang terus bertambah derajadnya.. 
dari masa ke masa..
Biarlah rencana tetap jadi rencana.. 
yang mewujud jadi kerja-kerja nyata.. 
yang mendekatkan rencana2 kita dengan rencana2-Nya..

12 Mei 2011

Tentang seorang wanita biasa


Mereka bercerita tentang pesan-pesan Ibunda mereka. Luar biasa!!! 
Bunda2 mereka memang benar2 luar biasa...

Tapi, buatku Ibuku yang terbaik sedunia...

Tak banyak kata-kata dahsyat yang terucap dari mulutnya..
Tak banyak masa kecilku yang dibersamainya, sebab beliau juga terikat tanggungjawab di tempat kerja...
Tak jarang aku dimarahi juga dicubit olehnya, sebab kebandelan masa kecilku...
Tak jarang teguran lembut namun pedas mampir di telingaku, sebab aku terlalu asyik 'bermain' di luar rumah bahkan ketika anak2 (remaja) lain telah bersiap untuk makan malam...

Beliau memang tak banyak berucap, cuma menunjukkan padaku dengan berbuat...
Beliau memang tak banyak bersamaku ketika matahari bersinar, namun senantiasa membersamaiku dalam jaganya, pun dalam untaian doanya..
Beliau memang tegas dan keras, namun kelembutan hatinya tetap terpancar meski wajahnya memerah menahan marah. Nampaknya hal itu pula-lah yang menempaku jadi seperti sekarang ini...
Beliau memang bak 'satpam' buatku, namun hal itu tak menyurutkan kepercayaan yang diberikannya padaku untuk bebas berbuat apapun yang membuatku 'senang'...

Kini wanita hebatku itu tak lagi seperti dulu...
Kini beliau selalu menyambut hadirku dengan senyuman manisnya, meski ku tahu tak mudah baginya untuk menyunggingkan senyum termanisnya seperti dulu...
Kini beliau selalu ada di rumah, 24 jam dalam 7 hari siap mengurus kami, meski geraknya tak lagi segesit dulu...

Terima kasih Ya Allah, 
Kau masih memberikan kesempatan beliau membersamai kami..
Kau masih memberikan kesempatan bagi beliau untuk menggugurkan sedikit-demi sedikit keping2 dosanya, lewat ujian kesabaran ini..

Terima kasih Ya Allah,
Kau menghadiahiku seorang Ibu terbaik sepanjang masa...
Seorang wanita sederhana yang tampak sangat biasa, 
yang hanya berbuat dalam diamnya,
yang lembut dalam kerasnya, 
yang tegar dalam rapuhnya, 
yang gemar berucap "Gusti ora sare" dalam setiap ketidakadilan yang ditemuinya..

Aku cuma bisa berucap,
Semoga Ibu makin disayang Allah...
Semoga Allah memberiku (dan adik2ku) kesempatan untuk membahagiakannya...
dan semoga kami akan tetap berkumpul 'serumah' dalam surga-Nya kelak...
Aamiin...

source