25 September 2011

Alur perayaan cinta...

David Weinlick nama pria itu. Tanggal 13 Juni 1998 jam 11 siang, Dave berdiri di Mall of America di Minneapolis untuk menikah. Tetapi ia belum tahu dengan siapa. Sebuah panitia yang dipimpin psikolog tenar Steve Fletcher sedang memilihkan calon mempelai wanita untuknya melalui serangkaian wawancara dengan 26 orang calon yang telah mendaftar sejak Dave ‘diiklankan’ di televisi. Waow ! acara di mall ini melebihi apa yang diperkirakan Fletcher, ditonton ribuan orang dan ditayangkan live oleh stasiun televisi dari 6 negara.

Richard Calrson, Ph.D., kolega Fletcher yang kita kenal di Indonesia melalui rangkaian buku psiko-pop karyanya Don’t Sweat Little Stuff mengisahkan ketakjubannya bahwa Fletcher dan timnya memulai acara di jam 7 pagi, mulai memilih jam 13.30 siang, dan Elizabeth Runze sang mempelai wanita terpilih dan dinikahkan dengan Dave tepat pukul 16.00 sore. Satu menit sebelum pernikahan dimulai. Sekali lagi “waow!”, kata Carlson.

Siapa yang was-was selalu? Tentu saja Steve Fletcher, sang comblang yang jauh-jauh hari telah dikatai bercanda, gila, mabuk saat menyelenggarakan acara ini. Selama beberapa tahun ia terus menjalin komunikasi dengan Dave dan Elizabeth. Ia selalu bertanya, “Bagaimana?” Dan hingga kini ia tersenyum karena mereka masih saling mabuk kepayang pada pasangan hidupnya dalam sebuah rumahtangga harmonis yang sering terasa utopis bagi orang Amerika.

Apa rahasia kesuksesan pernikahan yang kisahnya seperti judul buku saya –Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan- itu? “ Mengapa kau yakin ini akan berhasil?”,tanya teman-teman. Kata Elizabeth,” karena aku yakin ini akan berhasil. Sesederhana itu saja. Aku fokus pada apa yang dibutuhkab untuk membangun kehidupan bersama yang panjang dan penuh kebahagiaan.” Ya.dia punya visi.

Bagaimanapun,saya kagum pada kisah ini. Saya lalu teringat pada beberapa undangan walimah di atas meja yang mencantumkan ayat Allah, Surat Ar Ruum ayat 21.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untuk kalian dari anfus (jiwa-jiwa) kalian sendiri, azwaaj (pasangan hidup), supaya kalian ber-sakinah kepadanya, dan dijadikanNya di antara kalian mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”

Saya pikir, inilah yang kita punya. Inilah manhaj yang seharusnya kita jadikan plot (alur) dalam merayakan cinta. Sedihnya, kebanyakan mereka yang mencantumkanny dengan tinta emas di atas undangan mewah tak menghayati maknanya. Ringkasnya, ada beberapa kata kunci yang saya tangkap dari ayat ini.
  1. Min anfusikum. Dari jiwa-jiwa yang kalian. Artinya, hal pertama yang dibicarakan Al Qur’an tentang pernikahan dua manusia adalah kesejiwaan. Ruh itu, kata Nabi seperti tentara. Jika kode sama, sandinya nyambung, meskipun belum saling melihat mereka pasti bersepakat. Jika tidak, ya tembak dulu, urusan belakangan. Kodenya saja sudah nggak nyambung sih. Nah, apa sih kode dan sandi untuk ruh? Komitmen kepada Allah dan agamanya. Itu saja. Itulah kesejiwaan. Dave dan Elizabeth menunjukkan pada kita bahwa sekedar komitmen untuk membina rumahtangga bahagia saja bisa sedemikian kuat. Apalagi komitmen yang lebih besar seperti kesamaan visi untuk memperjuangkan agama Allah?
  2. Azwaajan. Pasangan hidup. Tak berlama-lama , sesudah kesesuaian jiwa, Al Qur’an segera mengatakan bahwa mereka menjadi suami istri. saya tergelitik dengan pesan Dave yang mengsyaratkan kuatnya komitmenmengalahkan kekanak-kanakan jiwa. “Orang selalu berpikir”, kata Dave, “Bahwa kita harus mencari pasangan yang tepat, maka hubungan akan berhasil. Aku ingin katakan, berhentilah  mencari orang yang tepat,dan jadikan orang di samping anda yang memang hebat itu menjadi orang yang tepat!” Dave mengajari kita  menjadi manusia yang lebih tinggi, manusia yang ‘menjadikan’, bukan sekedar ‘mencari’. Dan Dave benar. Ada dua hal di dunia ini. Menikahi orang yang dicintai atau mencintai orang yang dinikahi. Yang pertama hanyalah kemungkinan. Sedangkan yang kedua adalah kewajiban.
  3. Litaskunuu ilaihaa. Supaya kalian tentram,tenang,padanya. Unik sekali. Kata hubung yang dipakai adalah huruf lam (li) yang menunjukkan otomatis. Kata Allah, kalau pernikahan dimulai dari kesejiwaan,maka otomatis seorang suami akan merasakan ketentraman pada isterinya, dan seorang isteri akan merasakan ketenangan pada suaminya. Lhoh, kok banyak rumahtangga tidak sakinah? Mungkin karena tidak dimulai dari kesejiwaan sehingga untuk sekedar tentram saja ikhtiyarnya harus luar biasa kera. Apa sih sakinah itu? Sederhananya, sakinah inilah yang menyebabkan pernikahan disebut separuh agama seseorang. Dengannya seorang insan bisa mengoptimalkan potensinya untuk menjadi ‘Abdullah (hamba Allah), dan khalihah (pengelola nikmat-nikmatNya untuk kemaslahatan alam semesta). Tenteram karena gejolak syahwat telah menemukan saluran yang halal dan thayyib, tenang karena ada sahabat lekat yang siap mendukung perjuangan.
  4. Wa ja’ala bainakum mawaddatan. Kemudian ada yang harus diproses, diupayakan, yakni mawaddah. Apa itu mawaddah? Wah, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris memang kekurangan kosakata untuk cinta. Hanya cinta dan love. Padahal bahasa Arab punya empat belas. Nah, saya membandingkan pemaknaan Ibnul Qayyim Al Jauziyah terhadap mawaddah dalam buku Raudhatul Muhibbin dengan salah satu jenis cinta yang disebut oleh Erich Fromm dalam The Art of Loving sebagai cinta yang erotis-romantis. Bentuknya bisa ekspresi yang paling bathin sampai paling zhahir, dari sifatnya emosional hingga seksual. Inilah mawaddah.
  5. Wa (ja’ala bainakuma) rahmatan. Yang harus diusahakan bukan cuma mawaddah tapi juga rahmah. Ini juga cinta lho, bukan sekedar kasih sayang. Cinta yang bagaimana? Cinta yang seperti lagu,kasih ibu kepada beta tak terhingga sepajang masa. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia. He he,jadi ingat waktu TK. Inilah cinta yang memberi –bukan meminta-, berkorban –bukan menuntut-, berinisiatif –bukan menunggu-, dan bersedia –bukan berharap-harap.  Erich Fromm menyebutnya cinta keibuan.
Nah, sekilas inilah alur perayaan cinta yang dituntunkan Al Qur’an. Jika kita mendesain perayaan cinta dengan plot ini, tanpa bermaksud lancang pada Allah saya berani menjamin bahwa dalam pernikahan kita bisa menemukan Bahagianya Merayakan Cinta, buku saya yang keempat itu.

Nah, kok banyak pernikahan yang error? Biasanya karena plotnya kacau. Pernikahan tidak dimulai dengan kesejiwaan tapi justru dengan mawaddah. Sebelum menikah mereka sudah menikmati cinta yang erotis-romantis. Entah apa namanya. Pacaran. TTM. HTS. Semuanya adalah mawaddah. Tanpa sakinah, apalagi rahmah.

Perhiasan, kado, bunga, coklat, kedekatan, khalwat, bersentuhan, pandangan. Itu semua mawaddah. Bahkan sms berisi nasehat “Bertaqwalah pada Allah”, missedcall tahajjud, hadiah buku dan kaset nasyid berjudul Jagalah Hati, dan seterusnya, itu juga mawaddah. Bentuknya saja yang berbeda. Yang satu bunga dan coklat valentine. Yang lain buku dan kaset da’wah. Tetapi sensasi yang dirasakan oleh pemberi dan penerima sebenarnya sama : mawaddah. Demi Allah,silakan pasang ECG di jantungnya dan EEG di otaknya. Sinyal yang dihasilkan persis. Artinya sensasi yang dirasakan sama..

Nah, hati-hati dengan mawaddah. Biasanya meski engkau wahai aktivis da’wah, memulainya dnegan kesejiwaan, coba-coba mencicipi mawaddah sebelum dihalalkan akan mengaburkan kesejiwaan itu dan membuat segalanya berantakan. Celakalah mereka yang menikmati mawaddah sebelum waktunya!


Sebuah kutipan dari buku Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim. Ditulis oleh Ustadz Salim A Fillah.

***^^***
Mari kita belajar menempatkan cinta pada plot yang seharusnya. Menjaga hati dan diri sebelum menikah itu bukankah jauh lebih utama daripada mengumbar cinta pada yang belum berhak? Itu kalau kita benar-benar ingin membuat pernikahan kita penuh barakah ^^

Dan lagi, kita pasti lebih bahagia ketika mendapatkan pasangan yang benar-benar bisa memuliakan kita dengan ketulusan cintanya pada kita bukan? ^^ bila ingin mendapat pasangan yang terbaik maka mari perbaiki diri kita juga.
Semoga bermanfaat..

1 komentar:

  1. hem...tulisan yang membuat saya berpikir, berdebat dengan diri sendiri dan kawan. Minta ijin untuk share ya....

    BalasHapus