09 Desember 2010

Awalnya dari Niat

Awalnya dari niat.
Kelak Allah akan menilainya dan memberikan barakah sesuai dengan niatmu. Kalau niatmu menikah karena ingin menjawab pertanyaan Rasulullah tentang apa yang menghalangi seorang mukmin untuk mempersunting istri, insya allah engkau akan mendapati anak-anak yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaha illaLlah.

Jika engkau tidak tahu betul bagaimana mendidik anakmu, Allah yang akan mendidiknya. Allah yang akan memberikan ilmu melalui kekuasaanNya. Banyak cara Allah membaguskan hamba-hambaNya. Banyak cara Allah menjadikan seorang hamba terangkat tinggi karena niatnya melalui anak-anak yang mereka lahirkan. Padahal mata kita yang penuh teori, semula memandang proses perkembangan anak-anak itu sebagai kesalahan. Sungguh sangat sedikit ilmu yang dimiliki manusia.

Awalnya dari niat.
Maka atas dasar apakah engkau menikahi calon istrimu? Jika gadis yang engkau pinang itu cantik, apakah engkau menikahinya karena mengharap keindahan dan wajah mengesankan? Ataukah, karena khawatir kecantikannya dapat membuatmu terjerumus kepada maksiat, lalu engkau berusaha dengan sungguh sungguh untuk segera menikahinya demi menjaga kehormatan farjimu berdua.

Beda sekali antara keduanya. Yang pertama dapat mendatangkan kekecewaan setelah menikah. Pernikahan sangat sedikit barakahnya. Sedang yang kedua, insya Allah akan dipenuhi barakah dari Allah yang terus melimpah.

Ketika engkau melihat calon istrimu memiliki ilmu agama yang bagus, atas dasar apakah engkau memilihnya? Ketika engkau melihat calon istrimu berkecukupan, atas dasar apakah engkau meminangnya? Ketika engkau melihat calon istrimu berkekurangan, atas dasar apakah engkau memintanya kepada kedua orangtuanya.

Awalnya adalah niat.
Maka aku bertanya kepadamu wahai calon istriku, apakah yang menggerakkan hatimu untuk mempercayakan kesetiaanmu kepadaku? Aku bertanya padamu karena niat akan menetukan apa yang akan engkau dapatkan kelak setelah kita menikah, dan kelak setelah kita tiada. Ketika kita sama sama menjadi jenazah.
Niatmu akan mempengaruhi bagaimana engkau merasakan arti saat-saat berdekatan, keindahan saat bersama, keadaan hati saat menghadap masalah, sampai bagaimana engkau merasakan arti darah setetes ketika melahirkan, juga ketika harus bangun saat anakmu terbangun dari tidurnya.

Semua berawal dari niat. Niat ketika menerima pinangan, niat ketika memasuki jenjang pernikahan, niat ketika menghabiskan saat-saat berdua, dan niat ketika melakukan berbagai hal. Niat-niat itu bisa menambah barakah dan memperbaiki kesalahan niat sebelumnya, bisa mengurangi barakah dari apa yang sebelumnya telah engkau terima atau engkau berikan kepada suami.

Awalnya dari niat.
Aku mendengar, kata Umar bin Khaththab r.a, Rasulullah Saw bersabda, “ Sesungguhnya amal perbuatan itu dinilai hanya berdasarkan niatnya. dan sesungguhnya setiap orang hanya memperoleh apa yang ia niatkan, barangsiapa hijrahnya karena Allah dan RasulNya, maka nilai hijrahnya adlah kepada Allah dan RasulNya. dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ingin diraihnya atau perempuan yang ingin dinikahinya maka nilai hijrahnya adalah apa yang menjadi tujuan hijrahnya." (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi dan An Nasa’i) [*]

Awalnya dari niat.
Niat yang baik dan jernih akan mendekatkan kepada barakah. Semakin baik niat kita, insya Allah semakin barakah rumah tangga kita, sekalipun kita tidak bisa menunaikan seluruh perkara yang kita niatkan dengan sebaik-baiknya. Bahkan kalau kita tidak bisa mengamalkan apa yang sudah kita niatkan dengan sungguh-sungguh, maka bagi kita apa yang kita niatkan. Allah menyempurnakan apa yang kita niatkan, sekalipun kita tidak bisa melaksanakan.

Tetapi beda sekali antara niat yang sungguh-sungguh dengan mengada-adakan niat. Semoga Allah menyelamatkan kita dari ghurur (terkelabui). Kita menyangka punya niat, padahal hanya angan-angan yang kemudian kita jelaskan dengan akal.

Adapun jika engkau telah berniat dengan niat yang baik, maka berbahagialah, sebab Rasulullah Saw, bersabda, “Niat orang mukmin lebih baik daripada perbuatannya. Sementara niat orang fasik lebih buruk daripada perbuatannya”

Maka marilah kita niatkan satu kebaikan didalam pernikahan. Niat mendidik anak dengan sebaik-baik pendidikan. Niat menetapkan satu sunnah hasanah dalam keluarga. Niat untuk melaksanakan perbuatan yang mendatangkan barakah bagi kita.

Satu niat saja yang sungguh-sungguh ingin kita kerjakan, insya Allah menjadi pintu barakah, kebaikan berlipat-lipat yang terus berkembang. Hanya Allah yang berhak menentukan kebaikan apa yang dikaruniakan kepada kita di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi kebaikan. Maha Suci Allah dari segala keburukan yang diangan-angankan oleh akal yang keruh.

Hujan itu mensucikan bumi

Adakalanya niat kita menikah masih belum bersih, kemudian Allah memberikan kasih sayangNya. Allah memberikan berbagai keadaan sehingga kita mensucikan niat kita. Allah menurunkan peristiwa-peristiwa sehingga kita mengetahui kekotoran niat kita yang selama ini tersembunyi dari pengetahuan kita sendiri maupun orang lain.

Adakalanya niat seseorang sudah bersih, kemudian Allah menguji kesungguhan niatnya. Allah memberikan ujian, sehingga tampak apakah ia bersungguh-sungguh dengan niatnya. Sehingga tampak apakah ia tetap berpegang pada tali-Nya disaat menghadapi kesulitan. Sehingga semakin kokoh niatnya kalau ia tetap memegangi niatnya. Yang demikian ini insya Allah akan membuat niatnya lebih dekat kepada barakah dan tidak mudah meluntur oleh keadaan-keadaan sesudah menikah.
“Dan Allah berbuat demikian untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada didalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati” (Ali Imran : 154)
Sebagian orang ridha terhadap apa yang terjadi, sehingga Allah menambah kemulian dan barakahnya. Sebagian merasa kecewa kepada Allah. Sebagian lagi merasa kecewa, kemudian memperbaiki hati setelah menyadari kesalahan-kesalahannya.

Adakalanya Allah mensucikan bumi dengan menurunkan hujan. Dalam hujan ada kilat dan petir. Sebelum hujan ada mendung tebal yang mebuat gerah orang-orang dimuka bumi. Kita sering tidak bisa membedakan antara panasnya terik matahari dengan gerahnya awan tebal yang mengawali hujan penuh rahmat.

Pensucian niat bisa juga terjadi karena bertambahnya ilmu. Ketika seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih baik mengenai agamanya, akhirnya ia mengenali kekeruhan-kekeruhan niat yang selama ini tidak diketahuinya.

Mudah mudahan Allah memperbaiki niat kita. Mudah-mudahan Allah melepaskan kita dari ghurur (terkelabui) atas perkara-perkara yang kita sangka niat kita, padahal hanya angan-angan yang kita jelaskan dengan akal saja.

Aku mengingatkan pada diriku sendiri dan orang -orang yang aku cintai, mintalah kepada Allah penjagaan niat dari kotoran-kotoran yang tidak engkau ketahui dan kebusukan yang tidak mampu engkau hilangkan sendiri saat ini. Semoga Allah mengampuniku (kita) dan memperbaiki niatku (kita).

Wallahu ‘alam bishawab.
Diambil dari tulisannya ustadz Faudzil Adzim
(reposted @ http://bintangbirulangit.wordpress.com/2010/09/02/awalnya-dari-niat/)
*****************************************************************
Sebuah tadzkiroh akan pentingnya meluruskan niat di setiap langkah (bukan hanya pada topik di atas saja ya...^^).
Semoga kita termasuk orang2 yang senantiasa mengawali setiap episode hidup kita dengan niat karena Allah semata, yang tak henti memperbarui niat kita selama 'perjalanan', juga memurnikan niat di akhir setiap 'kisah'. Aamiin...


[*] versi lengkapnya :
عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .
[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]

Arti Hadits / ترجمة الحديث :

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar