29 Desember 2010

Renungan Rumah Sakit??


Setengah hari bolak-balik melalui beberapa sudut RS pemerintah terbesar di DIY sambil mengamat-amati sekeliling, memunculkan sebuah tanya: Kira-kira, capek mana ya???

- petugas registrasi & administrasi RS
- perawat (a. di poli/ rawat jalan; b. di ruang rawat inap; c. di unit gadar)
- dokter
- farmasis, apoteker
- psikolog
- laboran
- terapis
- ahli gizi
- pekarya & cleaning service
- petugas keamanan RS & petugas parkir
- pasien & keluarga pasien (a. rawat jalan; b. rawat inap)
- mahasiswa praktik


... hasil perenungan beberapa jam setelahnya >>> nampaknya masing2 akan menjawab, "saya lebih capek dari dia.."
Ya.. masing-masing punya porsi ke-capek-an sendiri-sendiri. Namun, masing-masing juga nampak menikmati & menerima kondisi dan perannya. So, what's the problem??
*merasa masih ada yang mengganjal*

... hasil perenungan beberapa jam setelah perenungan sebelumnya >>> Well, mereka memang nampaknya menerima kondisi dan peran masing-masing. Yang bertugas 'melayani', ya melayani dengan senang hati... Yang berobat, juga berobat dengan senang hati. Tapi kenapa sampai terjadi, orang berobat sampai berduyun-duyun seperti mau nonton bola? (masih terbawa suasana Final AFF ^_^v) 
Ada yang mengeluhkan karena iklim (memicu mutasi gen, mengganggu imunitas, dkk), karena lifestyle (generasi instan), karena ketidakmampuan pemerintah menciptakan lingkungan sehat (lho... nanti pasti ujung-ujungnya sampai ke ekonomi, politik, sosial budaya, dkk). 
Nampaknya tanya ini akan dijawab oleh 'orang kesehatan' dengan, "karena paradigma masyarakat kita dalam memandang kesehatan adalah paradigma kuratif, bukan preventif". Hmm...
*masih ada juga yang mengganjal*

... hasil perenungan beberapa menit kemudian >>> OK, ketika kita (baca: 'orang kesehatan') sudah berhasil mengubah paradigma masyarakat menjadi paradigma preventif, bisa dipastikan bahwa -idealnya- jumlah orang sakit akan menurun drastis. Pada saat yang bersamaan, kebutuhan akan tenaga kesehatan -di RS- juga akan berkurang. Kira-kira apa dampak ke depannya bagi tenaga kesehatan, sekolah-sekolah kesehatan, industri farmasi, dll. mengacu pada teori ekonomi mengenai 'suply & demand' dikaitkan dengan kondisi umum pertambahan jumlah manusia, peningkatan jumlah jobseeker (baca: pengangguran), dan ketersediaan lapangan kerja??

*banyak alternatif jawaban beterbangan di dalam ruang pikir saya, ketika tiba-tiba...*

Hoi... jangan berpikir terlalu jauh!! Hadapi yang sekarang di depan mata... masyarakat masih butuh tenaga kesehatan koq... masyarakat masih berparadigma kuratif koq... masih banyak garapan yang menanti diselesaikan hari ini...

*aah... sejujurnya saya tidak suka ruang pikiran saya dibatasi. tapi ya sudah lah... sementara sampai di titik ini. Lain waktu, mari 'berkelana' lagi. 
Dan pandangan mata saya tiba-tiba tertuju pada sebuah buku bersampul hitam berjudul "Mafia Kesehatan". hmm... baca lagi yuuuk...^_^9


Yogyakarta, 29 Desember 2010 (dini hari)





** Saat memikirkan judul tulisan ini, tiba2 muncul tanya lagi, "kenapa rumah sakit? bukan rumah menuju sehat atau yang lain?" hmmm..... f>.<

Tidak ada komentar:

Posting Komentar