12 Januari 2011

dari Cabe ke 'lem' Keluarga..

Bismillah...

Berawal dari obrolan dengan bapak penjual mie ayam keliling tentang harga cabe yang kian melangit, saya pun 'diantarkan' kepada sebuah note dari seorang kawan yang berisi analisis & rekomendasi terkait kenaikan harga cabe tersebut.
Berdasarkan analisis si penulis, ada 3 penyebab naiknya harga cabe di pasaran, yaitu :
1. masalah hama & penyakit tanaman => penyakit kuning dan antraknosa (hmm,,teman2 Pertanian lebih tahu nih!!)

2. erupsi merapi => beberapa daerah di Magelang yang merupakan salah satu sentra cabe turut terkena dampak erupsi merapi, so... gagal panen deh.. :(

3. ulah oknum2 tak bertanggung jawab => bisa jadi ada bandar & spekulan yang memainkan harga di pasaran (kata si penulis)


Nah, berdasarkan 'pembacaan' di atas, beberapa solusi yang ditawarkan antara lain :
1. menggalakkan program penanaman sendiri di pekarangan rumah

2. pemerintah lebih 'menurunkan tangannya' untuk ikut andil dalam hal pembuatan kebijakan terkait harga maksimum, pengawasan komoditas, serta perbaikan sistem informasi

3. pemanfaatan teknologi => cabe kering

Yups, itu beberapa hal yang semoga bisa menambah wawasan kita tentang 'ilmu kecabean'. hehe...
Harapannya, setelah mengetahui ilmunya, kita pun bisa berperan aktif untuk 'meringankan' kesulitan bangsa ini salah satunya melalui usaha menanam cabe sendiri. (hmm,,,masih reaktif ya? tak apa lah, dari pada pasif)

Ahaa... dari solusi 'menanam cabe di pekarangan' itu, tiba-tiba muncul sekeping memori yang pernah terekam di otak saya!!
Tentang rumah...
Lebih spesifik lagi, tentang pekarangan rumah... 

Ya.. saya pernah bermimpi, jika punya rumah nanti, WAJIB punya sepetak lahan (tidak harus luas) untuk dijadikan pekarangan..

Bukan cuma butuh 'hijau'-nya untuk me-refresh mata dan pikiran jika sedang 'butek'...
Bukan juga hanya sebagai 'pasar hidup' atau 'apotek hidup' yang siap di-'unduh' hasilnya (seperti: sayur, buah, bumbu dapur, tanaman obat, dll) sewaktu-waktu kita butuh...

Bukan pula sebagai media penyalur hobi bercocok tanam, apalagi sebagai lahan bisnis. Karena saya akui.. saya bukan orang yg cukup telaten untuk merawat tanaman (baca: moody).. ^.^v

Lalu untuk apa??

Well, dulu saya pernah membaca (atau mendengar. maaf, lupa!!), ada seorang bapak (konsultan keluarga, penulis buku ttg keluarga) berpesan agar setiap rumah sebisa mungkin memiliki sepetak lahan untuk dijadikan pekarangan. Salah satu alasannya adalah pekarangan rumah bisa berfungsi sebagai 'lem', yang bisa merekatkan setiap anggota keluarga.

Loh, kok bisa??

Ya bisa lah... coba teman-teman cermati atau rasakan sendiri, ketika sedang merawat pekarangan bersama keluarga, bukankah terasa adanya kehangatan tersendiri? Ada rasa kebersamaan ketika seluruh anggota keluarga bergotong royong merawat pekarangan seisinya.. mulai dari mencabuti rumput (gulma), menyiram tanaman, merapikan tanaman hias, atau saat beramai-ramai memanen buah-buahan. Betul tidak??

Bahkan kehangatan itu bisa hadir ketika sedang duduk-duduk santai di sore hari bersama keluarga sambil mengawasi anak-anak bermain berlarian mengejar kupu-kupu yang mengerubungi bunga-bunga cantik di tengah pekarangan... (hmm... anak-anak?? n.n)

aah.... sepertinya pekarangan rumah yang ada di benak saya itu indah sekali, ya??
Hehe... tak apalah. Bermimpi kan boleh..
Bahkan me-rigid-kan gambaran  mimpi pun sangat-sangat diizinkan.. apalagi untuk sesuatu yang membawa kebaikan ^___^


Jadi, sudahkah anda mulai memimpikan rumah anda di masa depan??
(bukan rumah masa depan yg ukurannya 2x1 lho ya!!)


Gambar saya ambil dari sini, sini, dan sini ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar